[RESENSI BUKU] KAPAN KAU BILANG WO AI NI? - AWIE AWAN

DATA BUKU

Judul Buku : Kapan Kau Bilang Wo Ai Ni?
Penulis : Awie Awan
Penyunting : Raya Fitra & Putri Wardhani
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2019
Tebal Buku : 288 Hlm

 







~ T e n t a n g • B u k u ~

Saskia mengira mslsm itu ia akan dilamar, nyatanya jistru diputusin. Padahal ia sudah berdandan, sudsh wangi, sudah cantik, dan siap menyambut kebahagiaannya. Saskia harus merelakan makeup-nya porak-poranda dan luntur oleh air mata.

Tampaknya semesta pun masih mau mempermainkan Saskia, karena tak lama kemudian dia bertemu Edwin. Ganteng sih dan kelihatannya cukup mapan. Tapi, ya ampun... tingkahnya belagu banget dan lidahnya setajam silet. Yang lebih menyebalkan, pertemuan tak disengaja itu malah berlanjut dan terjadi berkali-kali, bikin Saskia semakin benci sama cowok itu.

Yang bikin Saskia syok, ternyata mamanya dan ibu Edwin saling kenal, bahkan diam-diam berniat menjodohkan mereka dengan segala macam cara.

Luka hati Saskia belum sepenuhnya sembuh dan segala hal tentang perjodohan dengan Edwin hanya membuat kepalanya semakin sakit. Tapi mengapa hatinya justru bertanya-tanya kapan ucapan wo ai ni terucap dari bibir Edwin?
 

Balutan kisah cinta romantis dan komedi ini, cukup membuat bibir tersungging, senyum merekah. Bagaimana tidak, paduan itu jelas menjanjikan.

~ A k u • S u k a ~

"Bukankah kejujuran dan kepercayaan adalah salah satu dasar agar hubungan awet tahan lama?" (Hlm, 19)

Jika harus memilih kisah cinta komedi atau drama. Aku pasti pilih komedi, tapi dalam buku ini, pembaca akan dapat dua-duanya komedi drama cinta. Gaya bertuturnya membuat gigi gemeretak tak bisa berhenti, meskipun ini bukan seutuhnya kisah komedi. Aku rasa juga memang tidak begitu, hanya saja penulis punya akal-akalan yg mampu membuat pembaca tergelak sejak awal paragraf halaman pertama.

Premisnya sendiri manis, dengan alur yg runut. Plotnya rapat dengan eksekusi cerita yg bisa diterima baik pembaca. Aku suka cara pandang penulis menyajikan kisah ini.

Setting cerita di Medan dan singapura, ditambah bahasa Hokkien Medan yg cukup banyak bertebaran melalui dialog antar tokohnya. Sehingga, rasa yg tersaji benar-² menyenangkan dan nyata. Walau, aku tak paham dengan apa yg disampaikan saat si tokoh menggunakan bahasa Hokkien. Tidak adanya catatan kaki, cukup membuat pembaca kerepotan. Terutama pembaca yg bukan orang Medan, atau keturunan Tiongkok. Tapi, tetap saja nikmat, sebab memang ceritanya sendiri sudah memiliki daya tarik.

Karakternya berkembang dengan baik. Aku suka interaski yg terjadi antara Saskia dan Edwin. Juga ibu-² masa kini dg segudang ide.

Dan, penggunaan peribahasanya itu makin membuat pembaca tertarik. Peribahasa ini muncul melalui dialog, dan menjadi ciri khas teman si tokoh utama.

~ A k u • H a r a p ~

"Semewah-mewahnya rumah orang, tetap lebih nyaman berada di rumah sendiri." (Hlm, 243)

Aku harap adanya catatan kaki atau glosarium untuk menjelaskan bahasa Hokkien Medan. Aku benar-² buta bahasa ini. Dan jika harus bertanya terus kepada Google agak sedikit repot. Akan menganggu konsentrasi membaca juga tentunya.

Aku memang menyukai penggunaan Bahasa Hokkien ini, rasanya lebih nyata dan itu bagus. Menambah pembendaharaan bahasa juga. Intinya, gangguan yg menyenangkan.
Selain itu, aku merasa tak nyaman dg kemunculan tokoh sampingan yg terlambat kehadirannya. Aku rasa jika tokoh yg jadi penentu cerita ini hadir lebih awal akan sangat seru. Teka-teki dan misteri akan membuat pembaca menerka dibalik tawa. Ya, cara eksekusi bergaya komedi ini, sangat manjur membuat sakit pinggang pembaca. Sakit karena tertawa.

Konflik cerita sendiri, sudah sangat pas dengan penyelesaian yg pas juga. Tak terkesan terburu-buru. Meskipun serba cepat jalannya. Langkah demi langkah proses menuju akhir itu diracik dg baik.

Penyajiannya yg sedikit berbeda dan sering membuat kecele pembaca, tentunya menimbulkan greget yg menggeretakan gigi. Sensasi itu, merasuk ke dalam bawa sadar pikiran pembaca.

Setting tempatnya keren, terutama saat di Singapura. Itu bagus, dan pembaca akhirnya berandai-andai bisa ke sana.

Mengangkat Isu yg lagi hangat dibicarakan, merupakan pilihan yg tepat.

~ S a t u • H a l ~

"Hidup ini sia-sia jika kamu lewatkan dengan kepura-puraan. Suatu hari kamu akan menyesal karena tak pernah berani memperjuangkan cintamu." (Hlm, 276)

Perjodohan menjadi tema sentral buku ini. Bagaimana dua keluarga yg saling mengenal berusaha menjodohkan anak-² mereka. Dengan dalih, anak-² mereka bertemu karena takdir, dan takdir itu ditangan ibu mereka. Di sini, jelas sekali kekokohan cerita yg diangkat. Mulai dari budaya dan adat istiadat.

Tanpa mendiskriminasi suatu suku, buku ini menyorot keluarga Tiongkok di Medan. Bagaimana kehidupan mereka, sampai gaya hidup digambarkan dengan baik. Termasuk mereka yg suka berlibur ke Singapura.

Pengambaran setting cerita sungguh memuaskan.

Gaya bercerita yg serius namun, menyimpan gelak tawa. Pembaca akan digiring pada narasi cerita yg terkesan santai namun berkelas.

Aku suka dengan peran pembantu dalam buku ini, salah satu teman dari Saskia, meskipun karakternya mudah dilupakan, tapi berkat ciri khasnya yg suka menggunakan peribahasa dalam bercakap-cakap. Terus terang aku tak ingat nama karakternya, namun peribahasa yg diucapkan tetap terngiang-ngiang dikepala. Kemunculan singkat nan berkesan.

Satu hal pasti buku ini, akan membuatmu merasa bahwa perjodohan itu bisa menjadi suatu yg penuh komedi.

~ A k u • P i k i r ~

"Jangan membuat hidup ini rumit. Orang-orang tidak akan tahu apa yg ada dipikiranmu kalau kamu tidak mengatakannnya." (Hlm, 265)

Aku merasa tidak hanya mendapatkan angpao jodoh. Tapi juga mendapatkan pemahaman baru, hal-² lucu, budaya dan adat istiadat orang Tiongkok Medan, budaya pop awal 2000-an (melalui lagu-² populer), liburan menyenangkan ke Singapura, seorang penulis novel, ahli teknik komputer, orientasi seksual menyimpang, emansipasi wanita, dan kalau disebutkan satu persatu akan menjadikan ulasan ini makin tebal.

Penyisipan lagu-² populer, membuat pembaca bernostalgia. Bahkan aku sendiri sempat teralihkan dan asyik melamun akan masa yg telah berlalu sehingga fokus cerita menjadi buyar. Tapi, tenang saja, penulis sudah menyiapkan agar hal itu tak terjadi, buku ini punya cara untuk pembaca kembali pada jalurnya, melalui ekstensi cerita yg baik.

Pembaca tak akan diberi kesempatan untuk meninggalkan buku ini begitu saja.

 
Isu seputar emansipasi dan penyimpangan orientasi seksual hanya sebagai penyedap rasa saja. Keberadaannya memang tak banyak, masih sangat terkalahkan oleh perjodohan itu sendiri. Tapi, adanya hal ini, semakin memberikan instrik cerita.

Aku pikir kamu akan cocok dg cerita seperti ini.

Komentar

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^cc
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami... (k)
    di ajopk.com ^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts