[RESENSI BUKU] HUJAN - TERE LIYE

Data Buku


Judul Buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku : 320 hlm
ISBN : 978-602-03-2478-4




Sinopsis

Tentang Persahabatan.
Tentang Cinta
Tentang Perpisahan
Tentang Melupakan
Tentang Hujan

Resensi

"Aku ingin melupakan hujan." (Lail, Hlm 9)

Lail ingin melupakan hujan, hujan memiliki banyak kenangan. Dalan ruangan 4x4 m² sebuah alat cangih dipasang keatas kepala Lail. Saat alat ini mulai bekerja, pelan-pelan ingatan manis dan buruk yang ada dikepala Lain berputar dan menampakkan dirinya. Membawa kembali Lail pada kejadian-kejadian yang ingin dia Lupakan. Tentang peristiwa yang mengubah hidupnya tentang Hujan. Dan bagaimana akhirnya dia menjadi seorang anak yatim piatu.

Di hari yang sangat cerah, Lail bersama ibunya naik ke dalam Kapsul kereta bawah tanah. Ini hari pertama Lail masuk sekolah, dia tidak ingin terlambat. Namun, beberapa saat kemudian semua berubah.

Apa yang terjadi?

"Lail selalu suka hujan, sejak kecil. Tapi hujan kali ini sangat menyakitkan." (Hlm 30)

Gempa bumi memporak-porandakan dunia. Letusan Gunung Purba disertai tsunami yang melibas semua makhluk yang ada di Bumi. Lerusan yang lebih hebat dari letusan gunung Tambora.

Lail harus kehilangan Ibunya. Kejadian buruk yang dia alami tak mudah di lupakan begitu saja. Saat peristiwa ini terjadi, seorang anak laki-laki berusia lebih tua darinya. Esok namanya, menjadi teman terbaik.

Mereka tinggal di pengungsian, menjalani hari2 suram pasca bencana. Lail tak punya lagi keluarga, hanya ada esok yang selalu menemaninya. Tapi,.. Esok harus pergi meninggalkan Lail. Esok memutuskan untuk tidak tinggal di Panti Asuhan, dia memilih untuk ikut keluarga asuh. Yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik dan sekolah yang tinggi. Bagaimana dengan Lail? Hanya Esok satu-satunya teman yang dia miliki.

Lail belum tahu perasaannya, masih beberapa tahun lagi. Tapi saat itu dia tahu, Esok akan selalu penting baginya. (Hlm 91)

Lail mendapat teman baru, teman yang tinggal sekamar dengannya, Maryam. Meskipun Lail mendapatkan teman baru. Esok adalah teman terbaiknya.

Lalu apa yang terjadi dengan Lail, hingga ia ingin melupakan tentang Hujan?

Tiga tahun setelah gempa bumi Lail memutuskan untuk bergabung pada Organisasi Relawan. Maryam yang mengajaknya, setelah bosan mengikuti pelatihan menghias Kue. Setelah setahun, Lail dan Maryam lulus dan menjadi Relawan termuda. 

Di malam pelantikan Esok datang menemui Lail. Setelah itu Esok membawa pergi Lail dengan menggunakan Sepeda Merah menuju tempat di mana mereka pertama kali bertemu. Pintu darurat, lubang di bawah tanah tempat Ibu Lail dan 4 saudara Esok terkubur. Meskipun, tubuh2 mayat korban gempa bumi dan gunung meletus telah di evakuasi tapi mereka tak pernah tahu, dimana Ibu Lail dikuburkan.

Esok harus kembali ke kota, Lail mengantar Esok, Esok tinggal bersama Ibu Wali Kota dan putrinya Claudia. Mereka menyemput Esok. Ada rasa cemburu di hati Lail, yang dia sendiri tak pernah tahu.

Lail menyibukkan diri dengan mengikuti aktifitas relawan, setelah resmi menjadi relawan. 

"Aktifitas organisasi relawan menjadi penyembuh dari kenangan kehilangan ayah dan ibunya. Lail membalas kejamnya takdir dengan membantu orang lain. Mengobati kesedihan dengan berbuat baik. Kesibukan juga mampu mengusik kerinduannya kepada Esok." 
(Hlm 137)

Lail dan Maryam menjadi relawan yang cukup baik. Mereka melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Bahkan di usia mereka yang belum genap 18 telah menjadi relawan yang heroik.

Cuaca di bumi semakin tidak stabil,. Negara-negara mengadakan KTT membahas perubahan Iklim yang semakin buruk. Hujan Salju turun, di Negara Tropis, dan masalah lain yang lebih kritis setelah bencana Gempa bumi dan Gunung Meletus.

Lain dan Maryam mendapat penghargaan karena sikap kepahlawanan mereka. Kini mereka masuk sekolah keperawatan dan harus pindah asrama. 

Saat acara penghargaan, Lail dan Maryam di undang ke Kota. Tempat Esok kuliah,. Lail tidak berani menghubungi Esok, terlebih lagi saat libur panjang sekolah, Esok tidak pulang. Secara tidak langsung Lail tidak akan bisa bertemu dengan Esok hingga tahun berikutnya. Lail tak tahu apa yang dia rasakan. Diapun tidak berani untuk menghubungi Esok.

Esok, kini menjadi seorang Ilmuwan yang telah mematenkan beberapa penemuan penting dibidang teknologi. Maryam selalu mengolok-olok Lail, bagaiman mungkin Lail menyembunyikan perasaannya kepada Soke Bahtera?

Saat pelajaran tentang saraf manusia, Lail mendapati sebuah teknologi yang memungkinkan untuk menghapus kenangan buruk.

"Apakah kita akan melupakan atau mengenang semua hal menyakitkan." (Hlm 196)

Setelah musim dingin dan salju turun. Kini masalah baru muncul setelah intervensi lapisan stratosfer. Bumi akan mengalami musim panas perkepanjangan. Kepunahan umat manusia akan segera terjadi beberapa tahun lagi.

Tapi apa yang terjadi dengan Lail.

"Aku ingin melupakan semuanya. Semua ingatan ini. Semua kenangan, semua pikiran-pikiran buruk yang melintas. Aku ingin menghapusnya dari kepalaku. Aku sudah tidak tahan lagi. " (Lail, Hlm 300)

Lail berhasil lulus dari sekolah keperawatan, tapi kejadian-kejadian buruk masih terus membayanginya. Apakah semua itu ada hubungannya dengan Esok. Laki-laki yang disayanginya?



Sebuah novel bergenre Distopia dari Tere Liye, sangat menarik. Bersetting tahun 2050, jelas penuh dengan alat-alat cangih dan modern. Penulis sangat baik mendeskripsikan sebuah kejadian yang memang disetiap novel-novel sebelumnya juga seperti itu. Sebuah tema yang sangat jarang dibuat oleh penulis Indonesia menjadikan novel ini sangat menarik. Terlebih lagi, ini bukan hanya cerita Sci-Fiction saja, tapi di balut dengan drama khas penulis. Yang penuh haru biru.

Novel hujan tidak hanya berisi kisah Cinta dua remaja, dan juga tentang bencana yang melanda dunia pada tahun 2040-an. Tapi ini kisah tentang berbagai macam perasaan. Penulis sangat lihai mendeskripsikan suatu kejadian, hingga pembaca dapat larut dengan mudah. Alur yang dibuat maju mundur juga sangat rapi, alur bahkan tak perlu banyak kata untuk menyampaikan sesuatu. Sangat ringan. Hanya saja, disini penulis terlalu sering mengulang-ulang Informasi. Sehingga pembaca sedikit bosan dengan deskripsi yang dipaparkan.

Alurnya yang memang halus tak perlu di ragukan lagi penulis memang ahlinya. Hanya saja, informasi berulang-ulang yang diberikan oleh si penulis terlalu berlebihan, contoh kecilnya adalah pendeskripsian tentang ruang 4 x 4 m² yang terlalu sering muncul. Meskipun informasi ini tidak di jelaskan pembaca akan paham, jika lail berada dalam ruang berukuran 4 x 4 m². Agak sedikit membuang-buang detail cerita.

Konflik di tengah-tengah cerita sedikit melambat, tidak seperti di awal-awal bab. Yang di gambarkan dengan sebuah bencana. Di tengah cerita, konflik yg di timbulkan nyaris tidak ada, hanya seputar kehidupan Lail dan Maryam dan juga kegiatan mereka menjadi relawan. Aku merasa bahwa di tengah cerita agak sedikit membosankan. Meskipun alur yang disampaikan oleh penulis tetap rapi. Namun tidak ada kejutan-kejutan yang membuat pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh lail. Penyampaian Informasi yang masih sering di ulang juga membuat buku ini sedikit bertele-tele.

Penokohan sangat kuat, terbukti dari karakter Lail dan Maryam. Serta sosok Esok yang misterius. Romansa yang dihadirkan di antara bencana alam dan solusi yang tak terpecahkan untuk menghadapinya sangat menarik. Pesan moral yang di sampaikan bahwa kelalaian manusia akan membuat alam murka. meskipun Ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesat dan sebuah kejadian yang bisa diperkirakan akan terjadi. 

Hanya saja, menulis belum bisa lepas dari setting masa depan yang dia ciptakan dengan masa sekarang. Terlihat dari sebuah perbandingan antara masa sekarang dan masa depan dalam sebuah penggambaraan alat untuk memotret di masa depan, jika ingin memotret diri sendiri atau selfi cukup mengerakkan kamera terbang, sedangkan sekarang tongsis adalah cara yang lagi banyak dilakukan untuk memotret diri sendiri. menurutku tidak perlu dilakukan perbandingan seperti ini. Penulis belum bisa lepas dari masa sekarang. Tidak dilakukan perbandingan seperti ini pun, pembaca dapat berimajinasi dengan kecanggihan teknologi masa itu. 

memang belum banyak penulis Indonesia yang mengangkat Genre ini, jadi salut untuk penulis yang berhasil membuat cerita masa depan, dengan teknologi canggih.

Untuk novel ini aku sematkan 4 bintang dari 5 bintang yang ada dikantongku. hehehe,..




Komentar

  1. Saya merekomendasikan buku berjudul "Dilan : Dia adalah dilanku tahun 1990"
    http://bulubook.com/review/dilan-dia-adalah-dilanku-tahun-1990/

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts