[RESENSI BUKU] ENTROK - OKKY MADASARI



Data Buku 


Judul Buku : Entrok
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku : 288 hlm

Sinopsis 

Marni perempuan Jawa buta huruf yang masih memuja leluhur. Melalui sesajen dia menemukan dewa-dewanya, memanjatkan harapannya. Tak pernah dia mengenal Tuhan yang datang dari negeri nun jauh di sana. Dengan caranya sendiri dia mempertahankan hidup. Memikirkan keringat dengan sepeser demi sepeser uang. Adakah yang salah selama dia tidak mencuri, menipu, atau membunuh?

Rahayu, anak Marni. Generasi baru yang dibentuk oleh sekolah dan berbagai kemudahan hidup. Pemeluk agama Tuhan yang taat. Penjunjung akal sehat. Berdiri tegak melawan leluhur, sekalipun ibu kandungnya sendiri.

Adakah yang salah jika mereka berbeda?

Marni dan Rahayu, dua orang yang terikat darah namun menjadi orang asing bagi satu sama lain selama bertahun-tahun. Bagi Marni, Rahayu adalah manusia tak punya jiwa. bagi Rahayu, Marni adalah pendosa. Keduanya hidup dalam pemikiran masing-masing tanpa pernah ada titik temu.

Lalu bunyi sepatu-sepatu tinggi itu, yang senantiasa mengganggu dan merusak jiwa. Mereka menjadi penguasa masa, yang memainkan kuasa sesuai keinginan. Megubah warna langit dan sawah menjadi merah. Mengubah darah menjadi kuning. Senapan teracung di mana-mana.

Marni dan Rahayu, dua generasi yang tak pernah bisa mengerti, akhirnya menyadari ada satu titik singgung dalam hidup mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban orang-orang yang punya kuasa, sama-sama melawan senjata.



Resensi 


       Kumulai ceritaku saat aku mulai kenal dunia di luar "Simbok. Saat tinggiku sudah sepundak Simbok dan tangan kananku bisa meraih kuping kiriku dengan mudah. Saat itu aku menyadari ada sesuatu yang berbeda di dadaku." (Hlm 15)



~Singget 1950
Saat Marni beranjak dewasa, marni menginginkan Entrok seperti Tinah, putri Pakliknya. Simbok tak bisa membelikan Marni Entrok. Untuk dapat membeli Entrok, Marni harus ikut bekerja Simbok, sebagai buruh kupas Singkong di pasar. Tapi menjadi buruh kupas Singkong bukan uang yang di dapat tapi Singkong.

Marni harus mencari kerja lain untuk mendapatkan uang. Dia memutuskan untuk menjadi Kuli pasar. Meskipun menentang kodrat sebagai seorang perempuan. Mimpi Marni untuk mendapatkan Entrok semakin besar. Uang hasil nguli, dia kumpulkan. Marni menyadari tenaga yang dia milikki kalah besar dengan Kuli pasar lainnya, Seperti Teja, laki-laki yang juga seorang Kuli.

Kini setelah mempunyai uang, Marni memiliki keinginan lain, setelah semalaman, melakukan ritual do'a untuk Mbah Ibu Bumi. Marni mengunakan uang hasil nguli buat bakulan keliling.

        "Apa aku salah kalau sejak lahir aku nggak kenal Gusti Allah? Apa aku yang salah kalau dari dulu aku hanya tahu bagaimana berterima kasih pada leluhur? "(Marni Hlm 124)



Hubungan antara Marni dan Rahayu, semakin memburuk. Rahayu Kuliah ke Jogya, di salah satu Universitas Negeri. Sejak itu Rahayu jarang pulang ke rumah, hanya sesekali Marni menjenguk karena rasa Rindu.

Usaha Marni sebagai rentenir meningkat, dia berhasil mengumpulkan pundi2 uang. Uang yang dia dapat, dia belikan tanah, yang ditanami Tebu. Dia bermimpi, akan mempekerjakan buruh perempuan. Namun, cobaan demi cobaan menghampiri Marni.

Rahayu pulang dengan membawa seorang laki-laki. Dia ingin menikah, menikah Siri dengan laki-laki keturunan Arab berwajah ganteng. Marni ingin pernikahan mereka di gelar dengan mewah, karena Rahayu anak perempuan satu-satunya. Tapi Rahayu tidak setuju, statusnya sebagai istri kedua tak mungkin merayakan perkawinan dengan terang-terangan.
Cobaan terus menghadang, Teja suami Marni yang pemalas itu meninggal karena kecelakaan,.. Marni harus kehilangan 1 hektar tanah untuk diberikan pada tentara-tentara penguasa. Dan bisnis Rentenir Marni terhalang oleh Bank Santri, dan pesaing lainnya. Yang menawarkan bunga lebih rendah.

       "Gusti Allah... Apa yang kulakukan? Aku sudah berdosa. Dosa yang sama dengan yang dilakukan ibuku. Juga yang mereka semua lakukan." (Rahayu, Hlm 253)



Satu hal, diakui oleh Rahayu, bahwa antara dia dan Ibunya, memiliki suatu benang yang tidak terpisahkan. Apa yang menjadi kepercayaannya kini tak luput seperti apa yang dipercaya oleh Ibunya. Suaminya meninggal dan hidupnya tak lagi sama.

Membaca buku setebal 288 hlm ini, sangat menyenangkan. Pemilihan kata yang tetap, termasuk kata dalam bahasa Jawa. Menjadikan novel ini istimewah. Jika kalian pernah membaca Buku Ronggeng Dukuh Paruh - Ahmad Tohari maka rasa yang sama akan kalian dapatkan dalam buku ini. Tradisi Jawa yang kental, tema yang agak sedikit sama, konflik serta ending yang cukup mirip.
.
Aku tidak membandingkan dua Novel ini. Hanya saja, saat aku mulai membacanya, nuansa yang aku dapatkan hampir sama. Terlebih lagi, aku orang Jawa yang memang sangat dekat dengan budaya yang terlukis dengan baik pada buku ini. 
Alurnya sangat Rapi, meskipun beberapa lubang masih terasa mengantung. Ada beberapa bagian yang tidak diselesaikan dengan baik. Terutama Entrok. Entrok hanya muncul di Bagian Pertama Buku ini, sebagai benda yang memicu semangat Marni untuk bertahan hidup, tapi di bagian akhir sama sekali tidak pernah disinggung tentang Entrok. Seakan hilang dan mengalir seiring jalan cerita.

Karakter yang ditampilkan cukup baik. Marni yang tegar dan kuat, berjuang untuk kehidupan yang lebih baik, sikap pasrah yang tidak mudah menyerah.

Sudut Pandang, orang pertama. Dan dibuat bergantian antara Marni dan Rahayu. Di bab-bab awal mungkin akan sedikit kesulitan, menentukan sudut pandang. Tapi setelah membaca keseluruhan cerita maka, akan segera tahu hanya dengan membaca judul Bab.

Jadi buku dengan cover cukup berani ini, layak dibaca. Karya sastra yang sayang untuk dilewatkan.



Komentar

Popular Posts