[RESENSI BUKU] PELANGI BULAN - MARADILLA SYACHRIDAR

DATA BUKU

Judul Buku : Pelangi Bulan
Penulis : Maradilla Syachridar
Penyunting : Sein Arlo
Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta
Tahun Terbit : 2020
Tebal Buku : iv + 208 Hlm


 

 

~ T e n t a n g • B u k u ~


Dalam proses pendewasaan, Sigra mendapati diri dalam kebingungan. Tentang Ibu yang menuntutnya mandiri tapi sepertinya senang dengan ketergantungan Sigra. Tentang Regina, sang mantan kekasih dan pertemuan di antara mereka yang sangat sering terjadi. Juga tentang Bapak yang ia rindukan. Seandainya beliau masih ada, ia pasti bisa memberi semua jawaban.

Di tengah gelisah, Sigra melakukan perjalanan kecil yang menuntunnya pada penemuan buku misterius. Hadirlah Akyancaya, sebuah dunia paralel dan pemiliknya, Charvi, yang kemunculannya bak hantu berkelibat. Dunia Akyancaya membuatnya terusik dan berpikir ulang tentang hidup dan kehilangan.

Bisakah Sigra menemukan kedamaian melalui Akyancaya yang(mungkin) tidak pernah benar-benar ada?


Buku ini punya cover yang sulit dinalar. Entah apa yg tersirat dalam setiap detail gambar itu. Tapi, jawaban dari segala pertanyaan itu akan terjawab setelah membabat buku ini.

Gabungan antara sastra dan fantasi romance menghadirkan cerita seru dan menyenangkan. Buku ini pun, mematahkan bahwa fantasi selalu punya halaman buku yang tebal. Hanya dengan 200-an halaman, Pelangi Bulan mampu memberikan apa yang diharapkan oleh pembaca.

~ A k u • S u k a ~ 

"Sakit itu tidak mungkin dihindari, tapi penderitaan, hanyalah sebuah jebakan. Kita bisa memilih untuk menjauhinya." (Hlm, 72)

Temanya unik, sejak membaca blurb di belakang buku sudah sangat menjanjikan. Premisnya sendiri cukup rumit. Berawal dari penemuan buku misterius yg akhirnya membawa tokoh utama berpetualang jauh hingga ke dunia pararel. Dengan alur cerita maju mundur yang dibangun rapi. Sama sekali tak menyulitkan pembaca. Meskipun terasa lambat saat mengikuti kisah Sigra, namun konfliknya terus berkembang hingga mencapai titik akhir.

Penulis terlalu rapat menyimpan misteri, sehingga pembaca akan dibuat greget. Kadang kala merasa bosan akan pelannya jalinan cerita, tapi terdorong kuat untuk segera menghabiskan halamannya.

Karakter Sigra sendiri menjadi protagonis tunggal dengan sudut penceritaan orang pertama. Sigra tipikal pemuda masa kini, dengan segala macam keinginan bebasnya.

Hubungan Sigra dan ibunya, di sini sangat kuat. Bahkan interaksi di antara mereka benar-benar mengaduk emosi pembaca.

Membaca buku ini, juga seperti mendapatkan cerita dalam cerita. Sebab, di dalam buku ini, terdapat dua kisah yang nantinya akan terhubung oleh benang merah, diparuh akhir cerita.

Penggambaran latar dan settingnya bisa diandalkan untuk memberi penekanan. Selain itu, pemilihan kata yang tepat, menjadikan buku ini tampil kuat.

~ A k u • H a r a p ~


"Kalau kamu mau lepaskan apa yang tidak sesuai dengan hatimu, lepaskan saja, Bapak dan Ibu ikhlas." (Hlm, 145)

Kebanyakan buku fantasi itu punya halaman tebal dan berjilid-jilid. Tapi, buku ini hanya 200an halaman. Apakah bisa disebut dengan buku fantasi? Aku bilang bisa ya, juga bisa tidak. Sebab, penyuka fantasi akan merasa fantasinya sedikit kurang menendang. Bahkan hanya seperempat halaman saja, aura fantasi itu muncul. Selebihnya, drama pencarian jati diri dari Sigra. Aku harap juga, akan banyak petualangan fantasi yg meledak-ledak, tapi di sini. Terlalu lambat, hingga pembaca akan digiring pada pencarian dan teka-teki, bagian fantasinya mana. Tapi saat menemukan bagian itu. Terlonjaklah dan sangat jelas sekali menimbulkan kegembiraan yg luar biasa. Seru dan menakjubkan. Tapi, lagi-lagi sayangnya hanya secuil cerita.

Buku ini dibangun oleh dua karakter utama yg bisa membawa larut pembaca. Sigra dan Ibu-nya. Interaksi antara mereka memiliki hukum kimia yg bisa menarik pembaca ke dalam cerita sedalam-dalamnya. Bahkan, aku yg jarang menitikkan air mata, terutama saat membaca buku fantasi, dibuat kesal dan mengalirlah air itu. 




Jika boleh berharap, aku ingin ada kelanjutan dari kisah Sigra dan dunia Akyancaya. Meskipun tidak ada tanda-² adanya sekuel. Aku rasa dunia Akyancaya ini bisa menjadi dunia fantasi yg menakjubkan dan keren. Lebih lagi plot yang ditawarkan menjanjikan keseruan, ketegangan dan juga petualangan. Bahkan proses peralihan dari dunia nyata ke dunia Akyancaya ini bagus dan ajaib.

Selain itu, alurnya yg lambat di awal dan tergesa di akhir bisa diseimbangkan.

~ S a t u • H a l ~


"Apakah harus terus merasa kehilangan agar bisa selalu mengingat? Kalau iya, ia memilih untuk terus memelihara perasaan ini." (Hlm, 166)

Aku menemukan satu hal menarik dari buku ini. Mengecoh pembaca dengan cerita yg mengalir dan bergulir. Di awal sama sekali tak terjadi keajaiban, semua terlihat normal, hingga dunia fantasi menyembul di bagian akhir.

Eksekusi yg tepat, di saat pembaca mulai diserang kantuk.

Saat mata mulai menyipit, penulis membukanya lebar dan jadilah pembaca yg terjungkal akan sebuah kenyataan yg menyenangkan. Akhir cerita bisa diterima oleh akal. Sigra, Ibu-hanya ibu tanpa dijelaskan namanya-, Regina, Charvi, bahkan tokoh sampingan yg rupanya punya andil besar dalam cerita ini, Bahri dan Puti.

Aku sendiri menginginkan Puti mendapat porsi yg lebih. Bahkan punya 'affair' dengan Sigra. Akan lebih menekan tentu saja.

Beberapa paragraf tamoak puitis, dengan pengandainya yg pas. Sehingga, jika disematkan 'sastra' pada buku ini, bisa diterima selain 'fantasi', dramanya sendiri cukup banyak. Bahkan adegan relijius sempat membuat pembaca berbelot dengan keyakinan bahwa ini kisah fantasi.

Membaca buku ini tak perlu banyak energi. Tapi harus banyak menyiapkan mental dan emosi. Jika tidak, maka jelas akan mengeluarkan asap dari ubun-² kepala.

Kesal dan greget yang bisa menimbulkan candu.

Kenyamanan membaca buku ini juga, bisa membuai pembaca. Tata letak yg rapi dengan desain keren, jelas akan membunarkan mata pembaca dan ingin menyelam ke dalam cerita.

~ A k u • P i k i r ~


"Tidak ada salahnya mencari kebenaran dan saling jujur satu sama lain. Mungkin keadaan tidak akan pernah sama seperti sebelumnya, tapi ia berharap bisa membuka sebuah babak kehidupan yang baru." (Hlm, 198)

Rasa yang ditorehkan saat membaca buku ini memang beragam. Ada yang merasa kesal, karena fantasinya yang tak mampu menendang, ada juga yang merasa sisi romansanya juga tak mampu membuat hati berkembang. Tapi, aku mendapatkan sudut pandang baru. Bahwa apa yang terasa sedikit ini, mampu memberi warna seperti pelangi. Pelangi itu terdiri dari beberapa campuran warna, dan hanya dominan merah, kuning, dan hijau. Di mana warna yang lain? Jawabnya, warna ini menopang tiga warna dominan, dan dia tetap bertahan dan tak menghilang. Seperti itu pula buku ini, sisi fantasinya hanya menyembul dan mendukung cerita, tapi adanya dirinya akan melengkapi cerita. Jika dipotong, maka buku ini akan kehilangan ruhnya.

Penjelasan, sebab akibat, hingga pemecahan masalah si tokoh utama tampak nyata. Dan semua berhasil menyelesaikan balok-balok kubus yang terberai, menjadi rubik yang utuh.

Aku pikir buku ini bisa menjadi teman saat bersantai, tak akan memberatkan pembaca. Meskipun punya diksi yang berima. Tak juga memusingkan pembaca, meski alurnya berpindah-pindah. Kesalahan fokus sedikit saja, akan membuyarkan imajinasi.

Aku sangat merekomendasikan buku ini untuk pembaca yang suka dengan cerita yang diluar perkiraan kepala. Tapi, untuk menyuka fantasi mungkin tidak akan cocok, sebab rasa itu hanya setengah. Tak ada salahnya mencoba hal baru, dan buku ini layak untuk dicicipi sebagai hidangan penutup makan malammu. 




Komentar

  1. Izin promo ya Admin^^

    Bosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
    minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa x-)
    - Telkomsel
    - GOPAY
    - Link AJA
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts