MEMBAJAK BUKU, MEMBAJAK ILMU, MEMBAJAK MIZAN





Akhir-akhir ini santer terdengar tentang tindakan ilegal memalsukan buku atau membajak buku. Sebenarnya isu seperti ini bukan hal baru. Terutama di Indonesia, apapun bisa dibajak. Tidak hanya buku, barang kebutuhan sehari-hari, kosmetik, baju, bahkan makanan juga tak luput dari incaran para pembajak. Bagaimanapun tindakan seperti itu tak pernah dibenarkan, namun seperti yang sudah-sudah. Kegiatan ini sepertinya telah membudaya pada masyarakat. Dengan berbagai alasan pembenaran.


Miris!


Di mana-mana ada pembajakan. Dulu orang-orang hanya membajak sawah/ladang, sekarang ilmu juga dibajak. Buku adalah sumber ilmu, dan jika sudah seperti ini, apakah ilmu yang ada pada buku itu(Buku bajakan) akan memberikan kemaslahatan?


Namun, apa yang harus dilakukan agar pembajakan tidak semakin menjadi-jadi? Terutama buku bajakan.


Jadilah manusia yang berpikir terlebih dulu. Dimulai dari diri sendiri dengan tidak membeli barang bajakan. Mengenal lebih baik dengan apa yang akan dibeli dan dikomsumsi. Meskipun untuk mengenalinya butuh energi yang lebih. Buku bajakan menawarkan keindahan. Harga yang lebih terjangkau, mudah didapat, juga tampilan dan isi yang sama dengan versi aslinya. Konsumen akan segera tergiur dengan kemolekkan itu, terlebih lagi di masa yang sulit seperti saat ini. Harga buku yang mahal, tanpa pikir panjang konsumen tak perlu lagi memilah-milah buku yang dibeli. Menurut mereka, sama saja. Pemikiran sepperti ini memang susah disingkirkan. Apalagi setiap kepala punya pendapat yang berbeda. Namun, jika dibiarkan berlarut-larut. Akan semakin banyak yang dirugikan. Tidak hanya produsen buku, meliputi penerbit, penulis dan orang-orang yang terlibat dalam penerbitan buku, tapi juga diri sendiri. Dengan membeli buku bajakan, sama saja dengaan mendukung, tumbuh suburnya bisnis ilegal ini. Ilmu atau kandungan dalam buku itu tak akan sampai pada pembaca. Imbas semua itu akan berpengaruh terhadap si pembaca. Ingat Mizan[1] di akhirat nanti tetap bekerja. Menghitung setiap amalan yang dilakukan oleh manusia.


Selain faktor kebutuhan masyarakat akan buku asal murah. Pihak-pihak pendukung lain yang juga tak peduli dengan bisnis ilegal ini. Mereka secara terang-terangan melakukan pembajakan. Contoh paling ekstrim, mereka ikut dalam pameran buku tanpa tendeng aling-aling. Buku-buku bajakan bersanding dengan buku-buku original. Walaupun, hanya pameran buku kecil, cakupannya hanya daerah berupa kecamatan atau kabupaten. Nyatanya mereka membiarkan akan hal ini. Mereka seakan-akan menutup mata. Sehingga, buku-buku bajakan itu tetaplah sebuah buku. Jika ditelisik lebih jauh, faktor ketidaktahuan akan buku bajakan, dominan terlihat pada masyarakat. Buku bajakan sulit dikenali hanya dalam sekali lihat. Padahal jika diperhatikan lebih jauh, perbedaannya sangat mencolok.


Beberapa ciri-ciri buku bajakan.

  1. Harga jual yang terlampau murah, dibandingkan dengan harga buku original.
  2. Kertas yang digunakan tipis, seperti kertas fotokopi. Warnanya sedikit lebih buram.
  3. Warna pada cover sedikit pucat, atau bahkan memiliki warna yang lebih terang/gelap dari buku original. Teks judul maupun penulis serinnya tidak timbul seperti buku original.
  4. Punggung buku terlihat berkerut dan terdapat lipatan bekas lem. Sementara buku original lebih rapi.
  5. Hasil cetakan buku bajakan, terkadang buram, tidak terlihat atau bahkan halamannya gelap karena proses peng-copi-an. Jika ditelusuri lebih jauh, terkadang terdapat halaman yang hilang dari buku original. Kertas terpotong atau mudah lepas, sudah tentu menjadi problem utama buku bajakan.
Meskipun begitu, tetap saja buku bajakan menjadi primadona. Toko-toko online masih banyak yang menjual buku bajakan. Konsumen akan mudah tergiur, terutama tawaran harga yang terlampau murah. Para penjual umumnya memasang foto buku yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga konsumen tak bisa mengenali dengan baik, ciri-ciri di atas. Di zaman yang serba teknologi saat ini, kemungkinan-kemungkinan seperti itu gampang sekali terjadi. Dan akhirnya konsumen dengan alasan ketidaktahuan, membenarkan tindakan mereka.


Selain pembajakan buku bentuk cetak, yang paling marak adalah buku dalam bentuk elekronik atau ebook. Kemudahan mendapatkannya pun, tak kalah seperti buku cetak versi bajakan. Apalagi ebook bisa diperoleh secara gratis hanya dengan melakukan pengunduhan di internet.


Kalau sudah seperti ini, siapa yang salah?


Apakah para pembajak itu?


Atau para konsumen, yang turut serta mendukung secara tak kasatmata dengan membeli buku bajakan?


Bagaimana cara mengatasinya?


Apakah dengan mengurangi membeli buku bajakan, akan mengurangi juga produksi buku bajakan?


Sebagai manusia yang berakal, alangkah baiknya mulai menata diri. Dengan membeli buku original, bukan buku bajakan. Ilmu yang bermanfaat, bukan hasil main kotor para pembajak. Jangan sampai merusak dan membajak ilmu, untuk kepentingan pribadi. Karena ilmu itu kekal, sementara buku bajakan tidak. Buku bajakan cepat rusak, karena memiliki kualitas yang jauh dibawah buku original. Buku bisa dibajak, ilmu mungkin juga bisa, tapi Mizan? Mizan tak akan bisa dibajak. Mizan di dunia bisa diakali, tapi di akhirat tidak. Amal perbuatan manusia tetap akan ditimbang, tanpa pernah bisa dibajak. Berat ringannya amal sudah pasti tak luput dari Mizan. Membajak juga termasuk amalan, amal buruk tentu saja.


Bagaimana jika mereka terus beralasan, harga buku mahal. Sementara kebutuhan akan buku, ilmu, dan bacaan tak bisa terpenuhi? Urusan Mizan itu nanti, jangan terlalu dipikirkan. Tapi, apakah – lagi-lagi – hal ini bisa dibenarkan? Tidak bukan!


Banyak jalan menuju Roma. Jadi jangan khawatir akan hal itu. Berkunjunglah ke perpustakaan atau taman baca. Bisa juga dengan menginstal aplikasi perpustakaan online, yang menawarkan peminjaman ebook secara cuma-cuma. Jika masih belum terpuaskan, bisa membeli buku-buku murah mulai bazar-bazar buku yang sering diadakan oleh penerbit-penerbit besar. Membeli buku bekas pakai, juga menjadi solusi yang ampuh.


Salah satu penerbit yang sering mengadakan book sale besar-besaran dengan diskon yang menggoda, Penerbit Mizan Grup. Bisa jadi alternatif untuk mendapatkan buku berkualitas dengan harga miring. Melalui program Out Of the Boox atau buka gudang penerbit Mizan Grup, atau promo-promo pada laman Mizanstore.com, pembaca dapat buku original dan juga ilmu yang takkan dikejar-kejar Mizan di akhirat. Selain mendapatkan buku murah kualitas bagus, ilmu yang bermanfaat, juga mematikan produksi buku bajakan. Tak akan ada lagi yang dirugikan. Semua mendapatkan apa yang diingikan dengan cara yang baik dan benar. Coba bayangkan saja, jika produksi buku bajakan terus berkembang, berapa banyak kerugian yang akan ditanggung negara? Aku sebut negara, karena buku bajakan tentu saja tak kena pajak, atau membayar pajak. Jadi, siapa yang akan merugi? Diri sendiri tentu saja.


Mulailah dari hal kecil, dengan menyakinkan diri untuk tidak membeli buku bajakan. Stop sekarang juga. Buka hati, buka mata. Teliti sebelum membeli agar tak menyesal nanti.


Sebagai seseorang yang pernah membeli buku bajakan. Iya, pernah membeli atas dasar ketidaktahuan dan akhirnya menyesal dan berjanji tak akan mengulangi lagi. Waspada terhadap buku bajakan menjadi hal utama saat berhadapan dengan buku, ilmu, dan Mizan di Akhirat nanti. Bukan munafik, bukan picik, tapi kenyataan memang berkata benar. Membajak buku, membajak ilmu, juga membajak Mizan tak akan membawa manusia menjadi kekal. Jangan lakukan hal itu, sesuatu yang merugikan diri sendiri, bahkan berimbas terhadap orang lain. Jadilah manusia cerdas.




[1] Mizan atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan.

Komentar

Popular Posts