Pasukan Buzzer, Tak Ada Yang Bisa Dipercaya

[RESENSI BUKU] PASUKAN BUZZER - CHANG KANG_MYOUNG


Data Buku :

Judul : Pasukan Buzzer

Judul Asli : Comment Corps

Penulis : Chang Kang-Myoung

Alih Bahasa : Iingliana

Editor : Juliana Tan & Raya Fitrah

Ilustrasi Sampul : Martin Dima

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun : 2021

Tebal : 288 hlm.





Satu bulan dalam dunia online sama dengan satu tahun dalam dunia nyata.” Sam-goong (hlm 112)

 Apakah kamu mengenal Milis? Untuk generasi kelahiran 90-an pasti sangat akrab dengan Milis (Mailing List). Lebih-lebih masa awal-awal kemunculan internet, sebelum media sosial marak seperti sekarang. Milis adalah forum untuk berdiskusi, berbagi, serta saling mengenal. Forum dalam Milis ini dapat digunakan untuk membahas apa saja, mulai dari film, buku, hingga melakukan promosi. Namun tak jarang, jari-jari lentik yang mengetuk keyboard seringkali menyayat dan membuat keributan. Komentar-komentar itu menjadi sensitif dan akhirnya pergulatan di dunia maya terjadi. Saling serang, saling menjatuhkan tanpa mengenal siapa lawan atau kawan.

 Seiring perkembangan, Milis mulai ditinggalkan, dan dimulailah masa yang lebih menyeramkan. Media Sosial menyerbu otak-otak yang haus akan pesona dari Maya yang menggoda. Ya, dunia online menawarkan apa yang tak bisa diraih dalam dunia nyata. Manusia lebih suka menggengam apa yang tak kasat mata ini.

 Perseteruan masih terus berlanjut, makin menjadi dan jadilah sebuah era di mana jika tak menampakkan diri sedetik saja di dunia maya akan seperti berada dalam kabut tebal yang menutup segala pandangan.

 Namun internet tak hanya memiliki efek buruk. Tapi, ada hal lain yang lebih besar dan lebih bisa dimanfaatkan. Seperti mendapatkan berbagai macam informasi, mempromosikan produk atau jasa dengan mudah, juga terhubung dengan dunia yang lebih luas.

 Kisah-kisah yang hadir disebabkan oleh internet pun beragam, mulai hari berita keberhasilan seseorang hingga berita yang kadang tak pernah ditemukan kebenarannya. Hingga muncullah Hoax yang sangat meresahkan. Apapun itu, kepercayaan dan siapa yang harus dipercaya harus ditekankan.

Seperti Tim Aleph dalam fiksi karangan Chang Kang-Myoung berjudul Pasukan Buzzer – Judul Asli Comment Corps – ini.

 Awalnya Tim Aleph yang terdiri dari Sam-goong, Chatatkat, dan 01810 membentuk perusahaan pemasaran online yang menawarkan jasa mempromosikan produk atau perusahaan. Tapi, seiring berjalannya waktu Tim Aleph mendapatkan penawaran pekerjaan yang aneh. Sebuah permintaan untuk menghancurkan sebuah situs dalam satu bulan. Berbekal kemampuan yang mereka miliki masing-masing, serta keinginan untuk mengubah dunia, maka Tim Aleph pun beraksi. Tanpa mereka sadari mereka berada dalam sebuah permainan politik yang berbahaya dan organisasi rahasia yang tidak segan-segan menyingkirkan siapa saja.

 Fiksi terjemahan Korea ini penuh misteri, membingungkan dan membuat hilang kepercayaan. Semua tampak samar, abu-abu gelap. Mulai dari karakternya yang sangat misterius, apa yang disajikan pun penuh teka-teki. Pembaca akan dihadapkan pada sebuah persoalan yang pemecahannya sangat merepotkan. Harus menelusuri jalan beraspal yang tak lagi beraturan.

 



Sejak awal bab pembaca akan diajak untuk mengenal Pasukan Buzzer, bagaimana Pasukan Buzzer bekerja hingga apa yang akan didapatkan saat memutuskan untuk menjadi Pasukan Buzzer. Sedikit tertatih memang, seperti seekor kelinci yang berjalan menyamai kura-kura. Ingin melompat tapi tak bisa meninggalkan kura-kura yang menyebarkan petunjuk disepanjang perjalanan. Beruntungnya, penulis memiliki kepekaan yang tinggi, jika irama yang dihadirkan datar-datar saja akan dapat dipastikan membuat pembaca merasakan kantuk yang amat sangat. Maka dihadirkan humor gelap yang sangat gelap, serta sebuah tekanan yang akan merangsang otak pembaca melalui adegan-adegan penuh gairah. Ya, ada sisipan adegan dewasa yang konsisten muncul di antara rumitnya percakapan antar tokoh.

 Di sini misteri itu tak hanya melalui jalinan cerita yang berliuk-liuk. Tapi, sudah sangat jelas terlihat mulai dari narasi, dialog, nama tokoh, dan juga rekaman-rekaman yang dibuat oleh Lim Sang-Jin.

 Oh, bisa dikatakan pembaca akan senang hati menebak siapa sebenarnya karakter-karakter yang muncul selama 288 halaman ini. Chatatkat yang lebih berasa seperti tokoh dari Negara Thailand – analisa pribadi berdasarkan namanya –, 01810 yang masih belum saya temukan cara penyebutan yang tepat. Apakah dibaca nolsatudelapansatunol? Atau ada cara penyebutkan yang lain? Tokoh protagonis atau antagonis, jelas sulit dibedakan. Chatatkat tampil menjadi sosok yang haus simpati, pembaca akan mengakui bahwa apa yang dilakukannya benar, namun kesalahan tak bisa dihindari dari sosoknya. Geram, dan layak untuk dibenci. Begitu juga dengan Sam-Goong, sosoknya yang tenang dan penuh perhitungan jelas menjengkelkan. Pembaca tak perlu percaya pada tokoh-tokoh ini, tidak juga harus percaya pada Lim Sang-Jin yang hanya muncul melalui dialog rekaman, namun dibagian akhir muncul dengan sangat mengenaskan. Itu saja belum cukup, sebab Ketua Tim yang misterius pun punya andil yang besar dalam rumitnya Pasukan Buzzer.

Semua itu berkelidan dan terus memaksa pembaca untuk berselancar dalam lautan informasi yang penuh tipu daya. Pasukan Buzzer benar-benar menyerang pembaca dengan sekarung informasi menyesatkan. Intinya buku ini memiliki algoritma yang akan membuat kepala pembaca terasa berat.

 Lebih lagi, Grup Happo yang tampil sebagai kawan sekaligus rival. Yang kehadirannya semakin membuat gumpalan dalam kelenjar darah. Perseteruan itu pun semakin memanas. Perang dingin di dunia maya menjadi suatu yang menyenangkan, dan lagi iming-iming sembilan puluh juta won sungguh mengiurkan.

 Eksekusi cerita yang sangat tepat, setelah dibuat melalangbuana, akhir yang penuh tanda tanya ternyata rupanya masih belum juga hilang. Hingga menimbulkan satu pemikiran, sebenarnya siapakah yang harus dipercaya? Kisah fiksi ini, atau diri sendiri yang telah larut kedalamnya. Kejutan hebat yang rupanya telah dinantikan ternyata tak membuat pembaca merasa sia-sia.

 Bangunan itu ditopang oleh latar cerita yang sangat mendukung. Hingga pembaca dapat masuk dan menyerap segala macam informasi secara mentah. Jika tak tawar maka akan menimbulkan luka dipermukaan kulit. Sungguh menyakitkan bukan? Setelah mendaki plot panjang, ternyata masih ada plot yang tak kalah rumit menghadang di akhir perjalanan.

 Namun, sayang sekali jika, pemanis itu berupa adegan dewasa. Walaupun sudah terdapat label 21+ serta beberapa sensor yang sangat terasa. Kemunculannya yang gelap hampir saja membuat buku ini goyah. Terang saja, lebih dari dua peristiwa yang melibatkan kehidupan remang-remang Korea. Meskipun, tujuan dari buku ini adalah membuat pembaca kalut dan ikut menerjang seperti Pasukan Buzzer. Seperti tagline buku ini “Internet, Propaganda. Dan manipulasi opini publik.” Saya merasa bahwa jika adegan dewasa itu muncul untuk membuat pembaca terjaga saja. Bukan melampiaskan keinginannya.

 Untungnya, penerjemah berhasil mengalihbahasakan dengan baik buku ini. Sehingga pembaca dapat menangkap ikan-ikan yang bertebaran di internet. Menjadi Tim Aleph yang mulai kehilangan arah atau Grup Happo yang penuh kepalsuan. Nyatanya, buku ini jelas membuatmu berpikir ribuan kali hingga memutuskan untuk percaya.

 Sungguh, meskipun hanya fiksi namun keakuratan cerita benar-benar mengecoh pembaca. Data-data pendukung, serta riset yang dilakukan penulis jelas bukan main-main yang hanya tulis cerita, tempel sana, tempel sini dan jadi.

 Aku rasa langkah berani yang diambil oleh penulis ini patut diacungi jempol. Seperti dunia maya yang sensitif. Buku penuh kritik ini pun jelas akan mendapatkan banyak ganjalan. Akan ada beberapa orang yang akan merasa tersudut, dan mungkin geram. Namun, akan ada pula beberapa orang yang makin membuka matanya dalam menghadapi era internet yang telah menjajah manusia.

 Pembaca akan sibuk untuk menandai beberapa paragraf yang bisa dipakai untuk membuat postingan di dunia maya.

 

“Selama beberapa waktu, anak-anak muda akan menguasai dan menguncang internet. Lalu internet akan mengguncang kenyataan. Dan zaman kegelapan pun menjelang.” (Hlm, 182)

 

Jelas, membaca Pasukan Buzzer akan membawamu kembali untuk berpikir logis dan melepaskan jeratan internet yang menyilaukan mata. Waspada, berhati-hati serta jangan mudah percaya dengan apa yang kamu dengarkan, lihat, bahkan rasakan. Sebab semua telah dimanipulasi. Jika kamu tak memiliki pondasi yang kokoh tunggulah kehancuran hidupmu.

 Apa yang kamu tulis, lakukan, dan segala macam perbuatan itu, akan sangat memberikan pengaruh yang besar dalam hidup orang lain tanpa kamu sadari. Bijaklah...

 Buku ini sangat menjengkelkan, dan jika kau mengingkan itu maka bacalah! Saya jamin, kamu akan mengumpat sepertiku. Namun, dari beberapa hal yang tak aku inginkan – terutama adegan dewasa yang terlalu banyak – sebanyak 3,7 bintang dari 5 yang aku sematkan pada buku bersampul warna favoritku ini, biru.

 


***

 

Beberapa kutipan menarik dari buku ini :

“Aku melihat anak-anak muda yang tidak suka membaca. Budaya kursus berkembang ketika ada banyak orang yang tidak suka membaca.” (Hlm, 29)

“Mereka menganggap generasi yang lebih tua tidak bisa dipercaya. Banyak sekali teori konspirasi konyol yang tersebar di internet.” (Hlm, 30)

"Setulus apapun amatir membuat video musik, hasilnya tidak akan terlihat seperti hasil karya seorang profesional.” (Hlm, 40)

“Bukankah ada penipu-penipu yang bersikap seperti anak konglomerat atau orang Korea-Amerika yang mengemudikan mobil mewah, meminjam uang dari wanita, dan hidup berfoya-foya?” (Hlm, 44)

"Mengabaikan hak seorang pekerja dan memperjuangkan hak pekerja lain adalah sikap yang penuh kontradiksi.” (Hlm, 48)

“Aku bahkan yakin internet bisa memberi penekanan pada kesenjangan dalam masyarakat, menjatuhkan kekuasaan dan membawa kita ke arah demokrasi.” (Hlm, 67)

"Semakin lama kita menenggelamkan diri ke dalam internet, semakin sering kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan semakin dalam kita percaya pada apa yang kita percayai selama ini.” (Hlm, 69-70)

“Dasar Bodoh. Kalau ada yang tidak kaumengerti, cari di internet. Ada di Wikipedia.” (Hlm, 80)

“Hidup sudah ditentukan oleh takdir. Takdir yang menentukan apakah kau mendapatkan orangtua yang baik, sama seperti takdir menentukan apakah kau mendapatkan gadis yang baik di tempat pijat.” (Hlm, 87)

“Kekuasaan adalah hadiah yang memang sepantasnya mereka terima setelah menghabiskan banyak waktu membaca komentar, menulis komentar, memuji orang-orang lain.” (Hlm, 94)

“Sepertinya aku terlalu tinggi menilai kepekaan politik di sini. Kritik ‘terlalu sensitif’ adalah penyebab semua kekerasan dan prasangka masih terus ada di dunia ini. Selamanya.” (Hlm, 97)

“Apabila ada konflik kecil, seseorang yang pintar bicara akan maju dan berkomentar ringan, “Teman-teman, kenapa kalian seperti ini ~ ~ ~”” (Hlm, 117)

“Memangnya menjelek-jelekkan orang lain itu tindakan yang pantas?” (Hlm, 136)

“Makanya, jangan pernah mengucapkan sesuatu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan ~ ~ ~” (Hlm, 145)

“Kenapa pria selalu memukul orang-orang yang lebih lemah daripada mereka?” (Hlm, 154)

“Untuk menang dalam perang, kita harus memberikan visi yang optimis kepada masyarakat.” (Hlm, 176)

“Tak ada yang lebih mampu menggerogoti semangat manusia selain gagasan bahwa situasi tidak akan berubah sekeras apa pun mereka berusaha.” (Hlm, 178)

“Jika kau bekerja untukku nantinya, jangan bersikap amatiran. Kalau kau diberi tenggat waktu, tepati. Kalau kau sudah berjanji, tepati. Kalau ada yang kaubutuhkan, katakan dengan jelas. Itulah cara kerja kami. Mengerti?” (Hlm, 188)

“Bagaimana aku harus mengatakannya? Manusia memang rendah dan menyedihkan.” (Hlm, 201)

“Hanya orang yang memiliki impianlah yang bisa mewujudkan impian.” (Hlm, 208)

"Semua anak yang mengalami masa puber memikirkan hal yang sama. Haruskah mereka hidup seperti ini? Haruskah mereka menjalani hidup yang ditentukan orangtua?” (Hlm, 216)

“Cari tahu saja sendiri. Kau reporter, bukan? Bukankah tugas reporter adalah mencari tahu?” (Hlm, 264)

“Orang-orang yang tidak pernah menerima pelatihan pasti akan melakukan kesalahan.” (Hlm, 271)

 

***

Komentar

Popular Posts