[RESENSI BUKU] BAJAK LAUT DAN PURNAMA TERAKHIR – ADHITYA MULYA




Data Buku
Judul Buku : Bajak Laut dan Purnama Terakhir
Penulis : Adhitya Mulya
Penyunting : Resita Wahyu Febiratri
Penyelaras Aksara : Ry Azzura
Ilustrator : Apriyadi Kusbiantoro dan Yanuar Riswoyo
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2016 Cetakan Pertama
Tebal Buku : viii + 332 Hlm


Siapa yang suka sejarah? Siapa juga yang sering ketiduran saat pelajaran sejarah di sekolah? Hehehe,.. Aku termasuk yang mana ya? Aku pilihan yang pertama, belajar sejarah itu keren!!

BLURB


“Kita harus ganti nama bajak laut ini. Kerapu Merah itu terdengar seperti nama rumah makan, bukan perompak yang ditakuti. Siapa sih kentut yang ngasih nama itu dulu, ya?”
“Elo, Bang.”
“Oh, yah sebenarnya Kerapu Merah gak jelek-jelek amat. Cuman kurang wibawa aja dikit. Dikiiit. Dikiiiiit. Ya udah gak apa-apa, gak usah ganti nama,” sahut Jaka

Jaka Kelana punya mimpi menjadi bajak laut yang disegani bersama keempat awaknya. Kenyataannya, Jaka selalu saja gagal merompak karena dia memulainya dengan terlalu sopan, seperti, “Assalamualaikum, permisi, saya mau merompak, boleh?”

Demi mencapai impiannya dan berkat pesan dari Dewa Ganteng, Jaka pantang menyerah. Hingga suatu hari Kerapu Merah mulai berakhir dan dikejar-kejar kompeni! Dari satu pulau ke pulau lain, petualangan mereka dimulai dan diikuti juga dengan tiga sosok misterius yang membawa pesan sakral.
Sebuah petualangan bersejarah yang harus mereka selesaikan--sebelum genap purnama terakhir.

Bagaimana setelah membaca cuplikan cerita di atas? Seru bukan!!



Novel ini perpaduan sejarah, komedi dan Laga yang luar biasa.

Siapa yang suka sejarah? Siapa juga yang sering ketiduran saat pelajaran sejarah di sekolah? Hehehe,.. Aku termasuk yang mana ya? Aku pilihan yang pertama, belajar sejarah itu keren!!

Belajar sejarah itu menyenangkan lo!! Beneran, enggak membosankan juga. Apalagi kalau sejarah komedi. Eh,.. Emang seperti apa sih sejarah komedi?

Jadi, apa sih komedi sejarah itu?

#BajakLautDanPurnamaTerakhir akan menjawab rasa penasaran kamu.

Temanya yang unik. Sangat jarang ada di dunia persilatan, eh perbukuan Indonesia. Apalagi gabungan antara laga yang penuh darah, petualangan dan khayalan ke arah fantasi di tambah komedi yang mampu mengocok isi perut. 



Tersebutlah, Jaka Kelana dengan keempat temanya. Abbas, Aceng, Surendro dan Lintong. Mereke punya kekonyolan masing-masing. Jaka Kelana yang selalu percaya bahwa dirinya Ganteng karena bisikan dari Dewa Ganteng, ingin menjadi bajak laut yang hebat.

Cerita ini bersetting Nusantara tahun 1600 jelas masih zaman penjajahan, Kompeni. Dan kompeni menjadi villain yang akan mengacaukan Jaka Kelana bersama Kerapu Merah.

Selain Jaka dan Kompeni. Ada juga 3 Arya yang menjadi titik inti cerita.

Keseluruhan tokoh-tokoh itu saling berkaitan, membentuk alur dan plot cerita yang menarik.

Selain, plot, premis dan tema yang unik. Novel ini disertai ilustrasi yang menawan. Gaya bahasa yang santai juga, fakta dan fiksi sejarah.

Nah, yang dulu suka nonton Film Laga. Seperti Saur Sepuh, Tutur Tinular atau Wiro Sableng. Pasti akan menyukai cerita ini. Anak 90-an pasti tahu. Dulu, film-film laga seperti ini sangat popular.

Film-film laga tersebut, mempunyai tokoh utama seorang pendekar yang sakti mandraguna. Punya senjata andalan, jurus-jurus keren, serta petualangan yang seru. Di sela-sela cerita juga terdapat banyak adegan romansa dan lika-liku hidup dari yang tokoh utama.

Meskipun tokoh utama dalam novel ini bukan sosok pendekar yang sakti mandraguna. Eh, bajak laut yang hebat. Tapi, Jaka Kelana selalu punya akal bermodalkan kepedean tingkat tingginya. Termasuk merasa ganteng, berkat Dewa Ganteng.

Biasanya, tokoh silat itu ya hebat. Tapi, di sini penulis tidak membuat tokoh seperti itu. Meskipun ada, mereka menjadi semacam tokoh pelengkap saja.

Tak bermaksut memelintir cerita sejarah. Apalagi, tentang kerajaan-2 di Indonesia yang sudah ada di buku paket Sejarah. Penulis menyisipkan fakta dan juga fiksi. Pembaca meskipun sudah tahu, seperti apa itu kisahnya, akan merasakan suatu yang berbeda.

Bahasa yg digunakan pun, bukan bahasa baku yang kaku. Banyak kata-2 dari bahasa Jawa, dan juga Belanda. Tapi, tenang saja, banyak catatan kaki, yang akan menambah luas pembendaharaan kata untuk pembaca

Lucunya lagi, kisah ini mengangkat seorang bajak laut. Ya, Indonesia terkenal dengan Negara maritim, nenek moyangnya pun seorang pelaut. Seperti itu sih, ada lagunya kan. Suatu ide cerita yang menarik.

Penulispun berhasil mencipptakan sebuah kisah yang berbeda. Tidak ada sosok pahlawan tapi sebenarnya itu pahlawan. Eh, maksudnya apa? Jadi begini. Si Jaka Kelana yang di gambarkan dengan segala kelemahannya itu ternyata memiliki sesuatu yang mengejutkan di akhir kisah. Seperti Hiccup dalam How To Train Your Dragon. Terlihat lemah, tapi ternyata…

Plot twish. Ya, kejutan menarik akan di dapat jika menamatkan buku ini. Cerita yang tidak hanya sebagai hiburan semata, namun juga akan kembali belajar tentang sejarah. Meskipun bukan sejaarah yang murni. Ada berapa cerita fiksi menyelip dibalik sejarah. Ada komedi yang mengintip disela-sela cerita laga.

Saat mengikuti Jaka Kelana bertualangpun banyak adegan berdarah-darah yang dibangun dengan cara yang berbeda. Tidak terlalu sadis. Tapi pembaca akan merasakan sensasinya.

Musuh si Bajak lautpun, seorang Kompeni. Ya, V.O.C. Nusantara sebelum menjadi Indonesia dan masih dalam masa penjajahan Belanda. Makin menarik bukan, masa penjajahan belanda dan juga zaman kerajaan-kerajaan hindu budha. Loh, hubungannya apa? Bukankah, kejadian itu semua memiliki jangka waktu yang berbeda. Menilik Jaka kelana yang mengucapkan “Assalamualaikum, “ jelas mengisyaratkan Agama Islam telah masuk di Nusantara. Tapi, percayalah, semua itu mungkin terjadi di tangan penulis. Sejarah yang telah terjadi tetap berjalan di waktunya tanpa sedikitpun merusak. Hanya saja, beberapa adegan dan tokoh menjadi fiksi.

Namanya juga Komedi, tak lepas dari guyonan-guyonan yang mampu membuat tertawa pembaca. Dalam novel ini, meskipun sedang tegang-tegangnya dalam adegan baku hantam, membaca akan tetap terpingkal.

Penyusunan ceritanya pun, sangat tertata rapi, halus. Bahkan bagian setiap tokoh mendapatkan porsi yang tepat. Bergantian bab dan cerita seperti sambung menyambung satu dengan yang lain. Meskipun antara bab satu dan yang lain terkadang beda suduut pandang dan cerita. Eit, memang di awal bangunan cerita seperti berdiri sendiri. Antara Jaka Kelana, Kompeni dan 3 Arya. Masing-masing berkisah kehidupan mereka, yang nantinya akan dipertemukan dalam satu kisah. Menarik sekali bukan.

Terdapat beberapa kekurangan dalam buku ini, penggunaan bahasa campur-campur yang sedikit banyak pembaca yang bukan dari Jawa akan merasa kesulitan. Penggunaan Ijk dan Jik, bahasa Belanda juga terkadang membuat pembaca salah mengira. Meskipun kata-kata itu sudah sangat umum dan hampir semua orang tahu. Kesalahan dalam penulisan memang ada, tapi tak akan mempengaruhi cerita yang terbangun kokoh.

Catatan kaki, di beberapa bagian cukup bias mewakili rasa penasaran pembaca, serta menambah wawasan. Aku menemukan beberapa fakta menarik, yang selama ini aku anggap sepele.



Pemberian Fakta dan Fiksi di belakang halaman juga sangat pas. Pembaca bias membedakan dengan tepat. Khayalan pembaca memang tidak dibatasi, namun adanya fakta sejarah yang benaar. Khayalan itu tak terlalu muluk-muluk dan pembaca akan merasa terpuaskan.

Petualangan Jaka Kelana mulai dari seorang bajak laut biasa hingga menjadi buronan Kompeni, bertemu dengan 3 Arya yang akan menyingkap jati diri siapa dia sebenarnya ini, sayang untuk di lewatkan.

Untuk kamu yang menginginkan bacaan yang berbeda. Bajak Laut dan Purnama Terakhir merupakan pilihan yang tepat.

Komentar

Popular Posts